Soekarno pernah berkata “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”. Perkataan tersebut akhirnya terbukti sangat jelas sekarang ini. Dimana sesama bangsa indonesia saling menuntut, saling mencela, saling merasa benar sampai kemasalah agama yang menjadi kambing hitam.
Padahal mereka tidak sadar bahwa yang dicemooh, yang dimusuhi, yang dicaci maki adalah saudara mereka sendiri. Saudara yang nenek moyangnya sama-sama mengangkat senjata rela mati demi memerdekaan indonesia.
Sangat disayangkan kita satu saudara saling mencela. Terlebih lagi yang saling mencela kebanyakan adalah generasi muda. Kondisi yang sangat miris untuk perkembangan generasi tentunya.
Contoh kasus Indonesia sudah tidak santun
Seorang anak gadis yang masih SMP berani memaki seorang pemimpin negeri menggunakan media sosialnya.
Bayangkan seorang anak SMP yang tidak tahu apa-apa dia berani memaki seorang presiden. Kritik boleh, tapi tolong lihat dulu masalahnya, sampaikan dengan cara yang benar dan harus berani bertanggungjawab.
Tidak cukup hanya sampai disitu saja, efek hilangnya sopan santun pemuda bangsa ini juga tercermin jelas pada beberapa kasus.
Contohnya seperti kasus pada bulan agustus tahun ini ada seorang siswa sekolah menengah di gowa yang menghina pancasila, kemudian kasus seorang pemuda yang menghina presiden dalam videonya, dan lainnya.
Belum lagi perkataan saling mencela di sosial media lain seperti youtube, facebook, istagram dan twitter. Semuanya pasti penuh dengan nyinyiran para penggunanya.
Kasus lain yang aneh dan tidak kalah sadisnya adalah pemilik akun fake yang khusus buat akun untuk melakukan propaganda tak jelas dan bullying. Mentang-mentang identitasnya tidak diketahui mereka dengan seenak jidat berkata tolol, goblok, tanpa menghargai sedikit pun.
Melalui komunikasi dunia maya memang orang cenderung berani mengungkapkan perkataannya. Mereka merasa bahwa di dunia inilah tempat yang tepat untuk mengungkapkan semuanya tanpa ada batasan apapun.
Meskipun undang-undang ITE telah diberlakukan. Tetap saja tidak dapat membendung kreatifitas netizen indonesia untuk saling mencela dan menghujat. Padahal katanya Indonesia itu punya norma kesantunan yang sangat tinggi. Sepertinya norma itu sekarang sudah hilang, tenggelam ratusan tahun silam!
Saya sebenarnya heran, apa gunanya kita saling mencela? Merasa hebat bahwa sudah bisa mengalahkan orang lain? Merasa bangga bisa menjatuhkan orang lain? Emang kita sudah buat prestasi apa sampai bisa menghakimi orang lain seenaknya? Sangat mungkin jika seperti ini prestasi kita nanti akan menjadi seorang pencela selamanya. Astagfirullah..!
Apa penyebabnya?
Kalau menurut saya penyebab dari saling mencela dan tidak menghargai tersebut adalah karena kita generasi muda terlalu mudah terbawa arus (diprovokasi) sosial media dan kurangnya ilmu. Mudah terbawa arus maksudnya tidak bisa menyaring informasi yang masuk.
Bukti bahwa generasi muda indonesia mudah terbawa arus adalah selalu membagi informasi heboh di grup baik itu facebook, whatsapp, dan bbm tanpa melihat terlebih dulu itu benar atau salah. Ada lagi yang lebih parah mereka belum membaca isinya, asal itu berita heboh langsung meneruskannya begitu saja.
Penyebab kedua adalah kurang ilmu terutama ilmu agama. Masih banyak generasi muda yang tau sedikit saja, kalau dinasehati ngototnya lebih keras dari orang kalau lagi marah. Banyak generasi muda dengan mudahnya melecehkan pancasila, bahkan melecehkan agamanya. Hal itu karena mereka tidak pernah belajar ilmu agama. Generasi muda sekarang ini lebih mementingkan raga dan popularitas daripada ilmu dan imannya.
Padahal imam Syafi’i berkata bahwa:
Sebaik-baik pemuda adalah mereka yang paling baik ilmu dan imannya. Jika keduanya tidak melekat pada kepribadiannya maka mereka tidak pantas disebut sebagai pemuda.
Apabila kamu memang pemuda dan berniat untuk memperbaiki masalah yang ada. Silahkan berlaku kejam asal itu ditempatkan pada tempat yang benar, maka itu tidak masalah. Namun harus sadar bahwa yang dilakukan tidak boleh melanggar hukum. Jika berani jangan mengkritik menggunakan akun palsu tapi kritiklah menggunakan akun asli. Itu baru kritikan seorang pemuda
Jika kamu memang berniat untuk mengkritik demi memperbaiki, sampaikanlah dengan penuh tanggung jawab dan tidak mencela. Tidak menggunakan akun bodong atau akun fake yang tidak jelas identitasnya. Artikel ini hanyalah artikel opini, kamu dapat mengkritiknya sesuka hati. Mari tunjukkan bahwa pemuda indonesia itu punya sopan santun, punya ilmu dan iman yang besar.