Salah satu sumber untuk mempertebal keyakinan akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa adalah mengenal diri pribadi. sebagai seorang manusia kita seharusnya sadar bahwa dalam setiap manusia telah terbenam nilai-nilai luhur yaitu terletak dalam sanubari (hati kecil yang selalu benar). Oleh karena itu sudah sepatutnya kita mencerminkan pola pikir, perilaku, gerak gerik dan sopan santun layaknya makhluk yang berakal yang mempunyai kualitas yang berbeda dengan makhluk lainnya.
Wujud diri pribadi ini ialah badan manusia dengan segala bagiannya, terdiri dari 2 bagian :
1. Panca Indra
2. Badan Wadag
1. Panca indra terdiri dari penglihatan (mata), penciuman (hidung), pendengar (telinga), pengrasa (lidah dan sekitarnya) dan rasa (kulit dan lain-lainnya).
2. Badan wadag terdiri dari unsur luar: rambut, kulit, daging, otot, tulang, sumsum, darah, dan unsur dalam: otak, jantung, kebuk, hati, dan waduk.
Dengan denikian, diri pribadi itu berisikan :
1. Hati Sanubari yang berkiblat selalu pada Tuhan (kedalam) dan sifatnya ghaib
2. Panca Indra yang berfungsi mengenali sifat Tuhan Yang maha Esa.
3. Badan Wadag, yang berfungsi sebagai alat kendaraan bagi kerjanya panca indra dan hati sanubari.
Melalui hati sanubari kita dapat berhubungan, berkontak, dan selalu dekat dengan Tuhan pencipta. Ini hanya mungkin bila mana panca indra dan badan wadag berfungsi dengan baik dan diri kita (rasa, akal, pikiran) terlatih menghadap kedalam dan tidak keluar, tidak hanyut pada hasil pakaryanya.
Misal:
a. Melihat keindahan tidak hanyut pada apa yang dilihat
b. Mendengar suara merdu tidak hanyut pada suara itu
Akan tetapi kesemuanya itu harus mengingatkan dan menyentuh rasa hati kita kepada : “Yang menjadikan kita melihat, mendengar, merasakan, dan sebagainya serta yang menciptakan keindahan, kemerduan, kelezatan, dan sebagainya.” Ialah tiada lain Tuhan pula.
Dengan keadaan demikian itu, rasa dan akal pikiran kita atau hati kehendak kita menjadi sinkron dengan fungsi hati sanubari. Lalu mendekatkan kita menjadi Insan Kamil (Manusia sempurna/ utuh).
kita harus selalu sadar dan tidak terlalu angkuh bahwa MATI hanya sejengkal dari diri kita. Sebagai warga SH dengan diikatnya mori pada tubuh berarti ia telah siap mati dan menjadi penyadar dirinya dari tergelincirnya hidup di dunia ini. terimakasih untuk SH Terate.
“SELAMA MATAHARI MASIH BERSINAR SELAMA BUMI MASIH DIHUNI MANUSIA SELAMA ITU PULA PSHT JAYA ABADI UNTUK SELAMA-LAMANYA”
sumber: pshtbangilan.blogspot.com