Artikel ini adalah hasil observasi teman saya terkait kondisi lingkungan di salah satu kelurahan yang berada di balik kota Makassar yang megah yaitu di Bontorannu. Kelurahan ini sangat butuh sentuhan tangan dari kita semua, tangan-tangan ajaib yang akan membuat kelurahan Bontorannu lebih sejahtera.
Kenapa saya memposting artikel ini diblog? Padahal tidak berhubungan dengan nice saya?
Kalau hal itu bertujuan baik kenapa tidak? Sempat suatu hari ada orang/komunitas atau bahkan perusahaan ingin melaksanakan kegiatan sosial atau semacam bantuan terhadap masyarakat, Kelurahan Bontorannu yang akan terpilih. Untuk kondisi lingkungan dan sosial di daerah bontorannu bisa Anda lihat di salah satu tulisan berikut ini. [Tulisan asli tanpa pengubahan].
Dear pembaca yang budiman,
Perkenalkan, saya Putri Wulandari, mahasiswi program studi geofisika Universitas Hasanuddin, Makassar. Saat ini saya sedang melaksanakan kegiatan KKN Tematik Infrastruktur dan Pemukiman dengan tema KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh). Saya dan Tim KKN UNHAS Gel. 96 ditempatkan di Kecamatan Mariso, Kelurahan Bontorannu, Kota Makassar.
Secara geografis, wilayah ini berada di sekitar Selat Makassar. Lebih tepatnya terletak di lintang 5o11’167” S dan bujur 119o23’33” E. Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Mattoangin, sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Maccini Sombala, di timur berbatasan dengan kelurahan Tamarunang dan di barat berbatasan dengan Selat Makassar. Wilayah ini terdiri atas 5 RW dengan total 18 RT.
Setelah 1 bulan di lokasi, saya dan tim KKN menemukan fakta yang sangat memprihatinkan. Kondisi lingkungan tidak terawat (penumpukan sampah, drainase tidak lancar, akses jalan kurang memadai) bahkan hunian yang tidak memenuhi standar kelayakan (tidak ada jamban pribadi, sumber air minum dari SIMPAMAS bergantian, pembangunan rumah di pinggir kanal, dan kepadatan bangunan tinggi) kami temui di beberapa RT. Ditambah lagi permasalahan sosial kemasyarakatan, pendidikan dan kesehatan.
Berdasarkan data yang kami peroleh, 60% usia remaja putus sekolah dengan angka kenakalan remaja tinggi (hisap lem, mIras, narko*a), 80% masyarakat berkerja sebagai tukang becak, tukang bentor, nelayan, buruh harian, pemulung dan pekerja lepas dengan kisaran penghasilan <600rb/bulan, tidak ditemukan fasilitas kesehatan yang memadai (puskesmas, RS), sebagian besar dokter PNS tidak mau tinggal di lokasi karena tidak ada tempat tinggal yang layak. 30% rumah tidak dilengkapi jamban pribadi, sehingga limbah kotoran manusia langsung dibuang di bawah rumah, selokan dan kanal.
Partisipasi masyarakat dan kesadaran lingkungan rendah. Minat akan pendidikan anak usia dini dan sekolah sangat minim dan penumpukan kepala keluarga dalam satu rumah (dalam hal ini terkadang 1 rumah dihuni oleh 3-4 kk). Wilayah ini benar-benar membutuhkan perhatian serius dari para pemimpin, pejabat setempat yang berwenang, pemerhati lingkungan dan orang-orang yang merasa terpanggil untuk meringankan beban saudaranya.
Beberapa program kerja yang telah terlaksana diantaranya penyuluhan PHBS, Fun With Technoe, Gembung (Gemar Menabung), PipaTa’ (Pilah sampah ta’), dan sosialisasi hemat energi. Adapun yang saat ini masih berlangsung yaitu ODOB (One Day One Book), B3H (Bontorannu Bebas Buta Huruf) dan Jirong (Mengaji Lorong).
Berhubung pelaksanaan KKN yang akan segera berakhir, kami dari Tim KKN UNHAS berharap agar ada keberlanjutan dari program kerja dan partisipasi pihak terkait dalam menangani kondisi tersebut. Uluran tangan sangat dibutuhkan, baik berupa liputan khusus kondisi riil di lokasi, sosialisasi pola hidup bersih dan sehat, penyuluhan pendidikan, sosialisasi kelestarian lingkungan serta program-program pemberdayaan yang dapat mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat kelurahan Bontorannu.
Demikian laporan observasi ini kami sampaikan. Semoga ada tindaklanjut dan respon positif mengenai situasi tersebut. Sebagai tambahan, terlampir foto-foto hasil observasi lapangan [Download].
Salam,
Putri Wulandari
Baca juga: Realita: rela berlarian mengejar tiket pesawat, namun biasa saja ketika meninggalkan shalat.
Itulah salah satu fungsi dari adanya KKN, selain kita mengaplikasikan ilmu di masyarakat kita juga menjadi tahu bagaimana kondisi saudara kita yang hidup serba keterbatasan. Maka malulah kita ini sebagai mahasiswa yang selalu hidup berkecukupan jika tidak murah hati. Teriak kiri dan kanan tanpa peduli terhadap orang lain. Mari siapapun yang tergerak hatinya khususnya pemerintah untuk memberikan respon positif terutama masalah pendidikan dan kesehatan di daerah tersebut.